Rabu, 29 Juni 2016

Profesi Ibu Rumah tangga itu sangat menyenangkan. Bisa disambi kerja ngapain aja. I love it

Kamis, 31 Mei 2012

tugas kelompok inventory bersama Dhea Ajeng G.P dan Dwi Sulistyaningsih



INVENTORI

A.     Latar Belakang Masalah Inventori

Inventori  merupakan salah satu yang dipakai untuk mengetahui adanya masalah yang dihadapi individu dengan secara lansung mempergunakan alat-alat tertentu. Inventori ini merupakan saduran dari Mooney Problem Cheks List susunan Ross L. Mooney. Dengan alat ini akan dapat diungkapkan beberapa jenis masalah yang memiliki variasi sangat luas, yaitu 330 butir masalah yang diklasifikasikan ke dalam 11 klasifikasi masalah.

 

B.     Tujuan inventori :

1.      Untuk mengetahui aspek-aspek pribadi individu konseli

2.      Untuk mengetahui keadaan diri konseli secara deskriptif

3.      Untuk mengetahui adanya masalah yang dialami konseli secara langsung

 

C.     Pengertian Metode Inventori (Daftar Cek Masalah/DCM)

Metode Inventori (Daftar Cek Masalah/DCM) adalah suatu metode untuk mengumpulkan data yang berupa suatu pernyataan (statement) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Setiap pernyataan yang cocok dengan dirinya diisi chek atau tanda-tanda lainnya yang ditetapkan. Sedangkan pernyataan-pernyataan yang tidak cocok dengan dirinya tidak diisi. Metode inventori (Daftar Cek Masalah/DCM) mempunyai persamaan dengan metode kuesioner, yaitu kedua-duanya menggunakan instrumen yang berupa suatu daftar. Perbedaannya ialah kalau dalam kuesioner instrumennya berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subyek. Sedangkan metode inventori (Daftar Cek Masalah/DCM) instrumen berupa pertanyaan yang harus dipilih oleh subyek sesuai dengan keadaan dirinya. Metode inventori (Daftar Cek Masalah/DCM) merupakan salah satu laporan diri atau deskripsi diri yang dipakai untuk mengetahui adanya masalah yang dihadapai individu secara langsung menggunakan alat-alat tertentu.

Ada keuntungan dari inventori. Metode ini dilaksanakan dan mudah pula cara pemberian markahnya dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang ditetapkan. Pelaksanaan inventori lebih lanjut dapat menimbulkan self kritis pada siswa yang mengisi inventori tersebut. Metode inventori merupakan metode pengumpulan data yang cukup efektif, sebab dapat menjaring data yang cukup banyak dalam waktu yang relatif singkat. Metode inventori ini juga mempunyai kelemahan. Para siswa hanya memberikan respon dalam bentuk verbal saja. Pemgumpulan data terpaksa hanya tergantung kepada kejujuran dan keiklasan para siswa. Seringkali subyek tidak memberikan jawaban yang benar karena adanya beberapa alasan.

D.     Fungsi inventori

1.     untuk mengumpulkan data tentang diemnsi beberapa aspek temperamen (GZTS).

2.     untuk mengukur kejujuran (Inventori pernyataan yang berlebihan)

3.     untuk mengukur penyesuaian diri dan social (Bell Adjusment Inventori, Minnesota Multiphasic Personality Inventori (MMPI))

4.     jarak sosial siswa terhadap orang asing (inventori jarak sosial)

5.     pengukuran sikap (skala sikap Thurstone, Skala Sikap Remmer

6.     untuk mengukur minat (Strong Vocational Interest Blank, Kuder Preference Record)

7.     untuk mnegukur kuatnya kebutuhan-kebutuhan yang timbul pada seseorang (Edward Personal Preference Schedule)

8.     untuk mengetahui masalah-masalah yang umumnya dihadapi oleh  individu (Mooney Problem Check List, Scholastic Testing Service (STS)youth inventori, Science Research Assosiates (SRA) youth inventory)

9.     untuk mngetahui masalah kebiasaan belajar
10.  untuk mengetahui sifat-sifat kepribadian

 

E.      Substansi

Metode inventori mudah dilaksanakan dan mudah pula cara pemberian markahnya dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang ditetapkan. Penyelenggaraan metode ini dapat diulangi untuk mengukur perkembangan seseorang maupun sekelompok siswa. Pelaksanaan inventori lebih lanjut dapat menimbulkan self kritik pada siswa yang mengisi inventori tersebut. Metode inventori merupakan metode pengumpulan data yang cukup efektif, sebab dapat menjaring data yang cukup banyak dalam waktu yang relatif singkat.
Jenis data yang cocok dikumpulkan dengan metode inventori adalah data tentang: temperamen, karakter, penyesuaian, sikap, minat, jenis masalah, kebiasaan belajar, gambaran diri, dan sebaginya. Telah banyak instrumen inventori yang dikembangkan dan digunakan secara luas untuk mengumpulkan data tentang aspek-aspek tersebut, diantaranya yaitu:
1.      Guilford Zimerman Temperament Survey (GZTS)
Guilford Zimerman Temperament Survey(GZTS) dikembangkan oleh J.P. Guilford bersama-sama dengan Wayne Zimerman pada tahun 1949. Instrumen ini dirancang untuk mengumpulkan data tentang diemnsi beberapa aspek temperamen. Adapun demensi temperamen yang hendak diukur dengan GZTS ini antara lain adalah sebagai berikut:
a)      Aktivitas, yaitu tentang energik tidaknya seseorang, senang tidaknya melakukan gerakan, cepat tidaknya bereaksi, antusias tidaknya terhadap suatu masalah, dan sebagainya.
b)      Pengendalian diri, yaitu tentang keberhati-hatian seseorang, dan pengontrolan terhadap diri sendiri.
c)      Sosiabilitas, yaitu tentang senang tidaknya seseorang mencari kontak dengan orang lain, melakukan kegiatan-kegiatan bersama, melibatkan diri dalam percakapan, dan sebagainya.
d)      Kestabilan emosi, yaitu kemantapan suasana hati, keobtimisan, kegembiraan, kebahagiaan, ketenangan, kesabaran, ada tidaknya rasa berdosa, kecemasan, dan kesendirian.
e)      Kejantanan, yaitu tentang mudah tidaknya orang merasa geli, gampang tidaknya mengekspresikan perasaan, pemberani atau penakut, dan sebagainya.
Masing-masing dimensi temperamen tersebut diukur dengan sekelompok item. Adapun contoh-contoh itemnya antara lain:
a)      Saya biasanya memulai suatu pekerjaan dengan semangat yang tinggi.
b)      Biasanya saya tidak cepat bereaksi etrhadap suatu peristiwa tertentu.
c)      Biasanya saya mempertimbangkan terlebih dahulu secara seksama sebelum melakukan sesuatu.
Siswa atau individu yang hendak diukur disuruh mengisi tanda chek (√) pada pernyataan-pernyataan yang cocok dengan keadaan dirinya. Terhadap pernyataan-pernyataan yang tidak cocok dengan dirinya tidah usah diisi apa-apa.
2.      Inventori pernyataan yang berlebihan
Inventori pernyataan yang berlebihan (over statement method), digunakan untuk mengukur kejujuran. Item-item inventori ini terdiri dari pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan sesuatu hal yang dlam kenyataannya tidak mungkin terjadi. Contoh-contoh itemnya antara lain:
a)      Karena saya selalu dididik secara baik-baik, maka saya tidak pernah bertengkat dengan saudara-saudara saya.
b)      Karena saya telah mempunyai jadwal kegiatan yang saya susun secara seksama, maka saya selalu melaksanakan kegiatan-kegiatan saya tepat pada waktunya.
c)      Saya tidak pernah tersinggung atas segala kata-kata yang ditujukan kepada saya.
Analisis terhadap inventori ini adalah dengan jalan menjumlahkan tanda-tanda chek yang dibuat oleh siswa. Kerena semua pernyataan merupakan pernyataan yang berlebihan (over statement), yang tidak akan pernah terjadi dalam kenyataan, maka siswa yang memberi tanda chek pada suatu pernaytaan tertentu, berarti ia tidak jujur dalam pernyataan etrsebut. Makin banyak tanda chek yang dibuatnya berarti makin tinggi tingkat ketidakjujurannya.
3.      a. Bell Adjusment Inventori
Bell Adjusment Inventori dirancang untuk emngukur penyesuaian diri dan social (social and personal adjusment). Inventori ini merupakan inventori kelompok yang diberikan secara tertulis.
Diciptakan oleh H.M. Bell pada tahun 1934. Inventori ini dikerjakan tanpa limit waktu. Inventori ini terdiri atas dua bentuk, yaitu bentuk untuk orang dewasa dan bentuk utnuk siswa. Individu yang akan diukur diminta untuk memberikan tanda chek pada setiap item yang cocok dengan dirinya. Aspek yang diukur dalam inventori ini etrdiri dari empat aspek, yaitu: penyesuaian terhadap lingkungan keluarga, penyesuaian terhadap kesehatan, penyesuaian terhadap lingkungan sekolah, dan penyesuaian terhadap emosi.
Contoh-contoh item dari Bell Adjusment Inventori antara lain:
a)      Orang tua saya sering mengecewakan hati saya.
b)      Orang tua saya sering menghukum saya secara tidak wajar.
c)      Kesehatan saya sering terganggu.
Cara pemberian skor terhadap inventori ini cukup sederhana. Setiap pemberian tanda chek pada setiap item diberi skor 1 (satu). Sedangkan yang tidak diberi tanda chek diberi skor 0 (nol). Kemudian skor-skor tersebut dijumlahkan menurut aspek masing-masing. Dari jumlah skor yang diperoleh pada masing-masing aspek dapat diinterpretasikan, apakah seseorang mempunyai tingka penyesuaian yang baik atau tidak.
3.      b. Minnesota Multiphasic Personality Inventori (MMPI)
Inventori ini juga dirancang untuk mengukur penyesuaian diri dan sosial. Diciptakan oleh seorang ahli ilmu jiwa bernama Starke Hathaway bersama-sama dengan seorang ahli penyakit jiwa bernama J.C. Mc. Kinley.
Mula-mula inventori ini dimaksudkan untuk mengadakan diagnosis klinis terhadap para pasien yang mempunyai kelainan jiwa. Namun kemudian instrument ini juga dikembangkan untuk orang-orang normal. Instrument yang semula dikembangkan untuk orang-orang abnormal dapat pula diterapkan pada orang-orang normal.
Inventori ini mengukur delapan kategori kecenderungan keabnormalan, yaitu:
a)      Hipokondria, yaitu tentang kekuatiran akan kesehatannya, dan sering mengeluh tentang sakit yang dirasakannyatanpa sebab yang jelas.
b)      Depresi, yaitu tentang rasa ketidakmampuan atau rasa takut menghadapi masa depan.
c)      Histeris, yaitu tentang adanya gejala jasmaniah yang ditimbulkan oleh problem psikis yang tak terpecahkan, seperti: kejang, sakit perut, dan sebagainya.
d)      Psikopatik, yaitu tentang ketidakacuhan terhadap respon-respon sosial.
e)      Paranoid, yaitu tentang rasa curiga dan perasaan yang over sensitif.
f)        Psihastini, yaitu tentang kecenderungan yang kompulsif untuk emncetuskan suatu ide atau untuk berbuat sesuatu.
g)      Schizopeni, yaitu tentang ketidaktentuan dalam pikiran dan perbuatan.
h)      Hipomanis, yaitu tentang kecenderungan untuk menjadi over aktif baik bodi maupun mental, dengan kecenderungan untuk meloncat-loncat dari satu hal ke hal yang lain.
Adapun contoh-contoh item dari Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), antara lain:
a)      Biasanya saya tidak cepat menjadi payah.
b)      Saya sering terbangun karena gangguan suara yang ribut.
c)      Saya tidak mau berbicara dengan orang lain sebelum orang tersebut mendahuluinya.
Item-item yang telah tersusun diuji cobakan pada dua kelompok sample, yang terdiri dari satu kelompok orang-orang normal dan satu kelompok orang-orang yang mempunyai kelainan-kelainan psikis tertentu.
Jawaban kedua kelompok sample tersebut dibandingkan pada setiap item demi item. Apabila kelompok orang yang mempunyai kelainan tertentu lebih banyak memilih suatu item, maka pada kunci penyekoran item tersebut ditandai sebagai item positif (+). Sebaliknya apabila kelompok orang yang berkelainan lebih sedikit memilih suatu item, maka pada kunci penyekoran item tersebut ditandai sebagai item negatif (-).
Skor yang tinggi menunjukkan adanya gejala keabnormalan, yang berarti pula bahwa pada individu tersebut terjadi penyesuaian yang tidak memuaskan (maladjustment). Sedangkan skor yang rendah menunjukkan adanya gejala normal, yang berarti pula bahwa individu tersebut mempunyai cara penyesuaian yang memuaskan (welladjustment).
4.      Inventori jarak sosial
Dalam tahun 1923 Bogardus dari Amerika Serikat pernah mengadakan pengukuran tentang sikap para siswa terhadap orang asing. Yang diukur adalah jarak sosial siswa terhadap orang asing. Oleh karena itu, maka inventorinya disebut juga inventori jarak sosial (social dintance inventory). Karena inventori ini menggunakan skala dan disusun oleh Bogardus, maka inventori ini terkenal pula dengan sebutan “Bogardus social distance scale”. Contoh itemnya adalah sebagai berikut:
1)      Saya menghendaki agar orang … (orang asing tertentu):
a)      Terjalin dalam satu hubungan kekeluargaan dengan saya.
b)      Menjadi sahabat karib saya.
c)      Menjadi tetangga saya.
d)      Menjadi kawan sekerja saya.
e)      Menjadi warga negara saya.
f)        Menjadi pengunjung negeri saya.
g)      Harus keluar dari negeri saya.
h)      Harus lenyap dari muka bumi.
Urutan-urutan itu harus disusun secara graduil dari jarak yang paling dekat sampai dengan jarak yang paling jauh. Siswa yang hendak diukur diminta untuk mengisi tanda chek (√) pada alternatif pilihan yang sesuai dengan sikapnya. Dari tanda chek yang diberikan dapat diketahui seberapa jauhkah jarak sosial siswa terhadap orang asing tertentu.
5.      Sikap
a.  Skala sikap Thurstone
Dalam tahun 1929 Thurstone mengembangkan inventori pengukuran sikap yang digunakan untuk mengukur sikap para siswa terhadap gereja. Mula-mula disiapkan sebanyak 150 item dab diuji cobakan pada 300 orang siswa sebagai sampel. Dari analisis empiris terhadap hasil-hasil yang diperoleh dalam uji coba tersebut, diperoleh 45 item buku. Beberapa contoh itemnya antara lain:
a)      Menurut pendapat saya, gereja kurang mempunyai nilai sosial.
b)      Saya merasa bahwa kebaktian gereja memberi saya inspirasi dan menolong saya menuju ke arah kehidupan yang lebih baik sepanjang minggu bersangkutan.
c)      Menurut pendapat saya gereja mendorong perekonomian dan politik ke arah yang lebih tinggi.
d)      Saya menemukan bahwa kebaktian gereja dapat memberikan ketenangan dan inspirasi.
e)      Kadang-kadang saya datang ke gereja, karena saya menyenangi upacara yang meriah dengan musik yang bagus.
f)        Saya percaya kepada isi khotbah gereja, tetapi dengan reserver mental.
g)      Saya tidak mendapat keuntungan apa-apa dalam mengikuti kebaktian gereja, tetapi mungkin dapat menolong beberapa orang lain.
h)      Saya percaya kepada ajaran agama, tetapi saya jarang pergi ke gereja. (Stenley, 1974, hal 282).
Siswa yang akan diukur disuruh memilih beberapa statement yang cocok dengan dirinya, dengan jalan mengisi tanda chek di depan nomor setiap statement yang dipilih. Tiap-tiap item yang dipilih diberi skor seperti yang telah ditetapkan berdasarkan hasil uji coba.
Di samping tehnik p\engukuran sikap terhadap gereja, Thurstone juga mengembangkan tehnik-tehnik pengukuran sikap terhadap obyek yang lain seperti tehnik pengukuran sikap terhadap perang, sikap terhadap komunis, sikap terhadap orang-orang negro, terhadap peraturan-peraturan tertentu, terhadap organisasi buruh, dan sebaginya.
Dengan tehnik-tehnik tersebut, Thurstone bermaksud untuk mengukur skala sikap individu terhadap suatu obyek tertentu. Oleh karena itu, tehnik-tehnik yang dikembangkan oleh Thurstone disebut “skala-skala sikap” (Attitude Scales).
b.  Skala Sikap Remmer
Selain skala sikap dari Thurstone, ada lagi skala sikap yang terkenal yaitu skala sikap Remmer (Remmer’s Attitude Scales). Dengan menggunakan tehnik seperti yang digunakan oleh Thurstone, Remmer mengembangkan pada skala yang umum, untuk mengukur sikap terhadap orang tertentu, lembaga-lembaga tertentu, dan sebagainya. Item-item yang digunakan untuk mengukur sikap terhadap lembaga tertentu antara lain:
Contoh:
Di bawah ini adalah suatu daftar statement tentang … (lembaga tertentu). Silakan isi tanda (√) di depan setiap statement yang menurut pendapat anda cocok dengan keadaan lembaga tersebut.
a)      Sangat sempurna dalam segala bidangnya.
b)      Merupakan lembaga yang paling terpuji.
c)      Diperlukan oleh setiap warga negara.
d)      Lembaga yang paling dicintai.
e)      Mewakili pemiukiran dalam kehidupan modern.
f)        Dan seterusnya. (Remmers, 1970, hal 295).
Cara memberikan jawaban terhadap skala sikap Remmers sama dengan cara memberikan jawaban terhadap skala sikap Thurstone, yaitu dengan cara memberikan tanda chek di depan setiap statement ayng dipilih. Begitu pula cara pemberian skornya juga sama, yaitu dengan cara memberikan skor tertentu untuk setiap item-item yang dipilih berdasarkan daftar skor yang telah ditetapkan sebelumnya.
Perbedaannya dengan skala siakp Thurstone adalah dalam cara pengaturan penempatan item-item. Kalau pada skala sikap Thurstone item-item itu ditetapkan secara acak (random), maka pada skala siakp Remmers item-item itu ditempatkan secara berurutan yang menurun (decreasing favorableness). Item pertama menunjukkan sikap yang paling dekat, item ke dua menunjukkan sikap yang lebih jauh dan seterusnya sampai dengan item terakhir yang menunjukkan sikap yang paling jauh.
Cara penganalisisan skor dan cara interpretasinya pada prinsipnya sama dengan Thurstone yaitu dengan cara mencari skor rata-rata dari item-item yang dipilih. Skor rata-rata tersebut menunjukkan sikap seseorang terhadap lembaga tertentu.
6.      Minat
a.   Strong Vocational Interest Blank
Strong Vocational Interest Blank dirancang untuk mengukur minat (interest). Mual-mula dikembangkan oleh E.K. Strong pada tahun 1927; dan kemudian direvisi pada tahun 1938. Inventori ini terdiri dari 400 item yang dapat dikerjakan tanpa batas waktu. Pada umumnya sebagian besar siswa dapat menyelesaikan inventori ini sekitar 30-60 menit.
Inventori ini terbagi atas beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut, antara lain: Bagian pertama terdiri dari 100 item yang merupakan daftar pekerjaan. Bagian kedua terdiri dari 36 itema yang merupakan daftar mata pelajaran. Bagian ketiga terdiri dari 49 item yang merupakan daftar hobi. Begian keempat terdiri dari 48 item yang merupakan daftar kegiatan. Sedangkan bagian kelima terdiri dari 47 item yang merupakan daftar kekhasan (pecularities). Dibelakang daftar tersebut diisi huruf: L-I-D. siswa yang berminat terhadap pekerjaan / pelajaran / hobi / kegiatan / kekhasan tersebut supaya melingkari huruf L. yang tidak menentu (indifferent) supaya melingkari huruf I, dan yang tidak berminat supaya melingkari huruf D.
Contoh-contoh item Strong Vocatioanl Interest Blank antara lain sebagi berikut:
Bagian I
1.      Aktor                                                         L-D-I
2.      Juru advertensi                                            L-D-I
3.      Arsitek                                                       L-D-I
Bagian II
101. Aljabar                                                     L-D-I
102. Tatabuku                                                  L-D-I
Bagian III
137. Berburu                                                    L-D-I
138. Main piano                                               L-D-I
Bagian IV
199. Menjadi nounser                                       L-D-I
200. Mengorganisir pertandingan                      L-D-I
Bagian V
234. Progresive                                                L-D-I
235. Konservatif                                               L-D-I
Pemberian skor terhadap jawaban responden berpedoman kepada suatu tabel skor. Tabel skor tersebut ditetapkan berdasarkan analisis empiris dari uji coba yang dilakukan. Ada 40 kali analisis empiris yang dilakukan, sehingga dari analisis tersebut diperoleh 40 jenis kunci penskoran. Masing- masing kunci untuk satu jenis jabatan ertentu. Dengan demikian dalam inventori Strong tersebut dapat diklasifikasikan skor untuk 40 jenis jabatan. Keempat puluh jenis jabatan tersebut dikelompokkan menjadi sebelas kelompok sebagai berikut:
I.                    Scientific: artis, psikolog, arsitek, doktor, dan dokter gigi.
II.                 Technical: ahli matematika, ahli fisika, ahli mesin, dan ahli kimia.
III.               Pimpinan produksi
IV.              Sub-profesional tachnical: pelatih, pelukis, guru matematika/ IPA, polisi, dan pengawas hutan.
V.                 Kepemimpinan (uplift): kepala personil, sekretaris, guru IPS, pengawas sekolah, dan menteri.
VI.              Ahli musik (musician)
VII.            Akutansi umum (public accountant)
VIII.         Seluk beluk bisnis (business detail): akuntan, pegawai kantor, agen perdagangan, dan pegawai bank.
IX.              Hubungan bisnis (business contact): pemasaran, asuransi jiwa.
X.                 Berkenaan dengan bahasa (verbal): petugas advertensi, pengacara, pengarang, dan wartawan.
XI.              Pimpinan industri.
Uji coba inventori ini dilakukan pada dua kelompok sampel, yaitu kelompok sampel yang sukse dalam jabatan tertentu dan kelompok sampel orang-orang pada umumnya. Kunci skor untuk masing-masing jabatan diperoleh dengan jalan membandingkan jawaban dari kelompok sampel yang sukses dalam jabatan tertentu dengan kelompok sampel orang-orang pada umumnya.
b.      Kuder Preference Record
Kuder preference record juga dirancang untuk mengukur minat. Inventori ini mula-mula diterbitkan pada tahun 1939, kemudian mengalami revisi dan tambahan-tambahan item-item baru.
Menurut Kuder, minat dapat diklasifikasikan atas sepuluh kelompok minat (cluster of interest). Berbeda dengan cara penomoran pada umumnya, penomoran kelompok minat dari Kuder tidak dimulai dari nomor 1 (satu) melainkan dari 0 (nol). Adapun sepuluh kelompok minat tersebut, antara lain:
0.      Minat terhadap alam sekitar (outdoor), yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan alam, binatang, dan tumbuh-tumbuhan, yang biasanya dilakukan di luar gedung. Misalnya: berkebun, berlayar, dan berburu.
1.      Minat mekanik (mechanical), yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan mesin, pemakaian alat-alat mekanik dan yang berhubungan dengan pekerjaan tangan. Misalnya: memperbaiki mesin, membuat perkakas rumah, dan menganyam.
2.      Minat hitung menghitung (computational), yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan hitung menghitung. Misalnya: kasir, pedagang, dan guru matematika.
3.      Minat sain (science), yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan pengembangan sain, penemuan fakta-fakta baru, dan pemecahan problem. Sain yang dimaksud di sini terbatas pada natural sain. Misalnya: peneliti dalam bidang sain, pekerja laboratorium, dan guru biologi.
4.      Minat persuasif (persuasive), yaitu minat etrhadap pekerjaan yang berhubungan dengan mempengaruhi orang lain. Misalnya: guru, pedagang, dan pemimpin.
5.      Minat seni (art), yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan seni (tidak etrmasuk seni musik dan seni sastra), kerajinan, dan kreasi tangan. Misalnya: melukis, memahat, dan membuat dekorasi.
6.      Minat literer (leterary), yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan membaca dan mengarang. Misalnya: menulis novel, menulis berita, dan menulis riwayat hidup.
7.      Minat musik (musical): yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan lagu dan nada. Misalnya mengarang lagu, menyanyi, dan bermain piano.
8.      Minat layanan sosial (social service), yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan membantu orang lain. Misalnya: guru, perawat, dan pramugari.
9.      Minat administratif (clerical), yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi. Misalnya: pegawai kantor dan sekretaris.
Atas dasar klasifikasi terhadap sepuluh kelompok minat tersebut, Kuder lalu menyusun item-item inventori minatnya. Tiap item terdiri dari tiga option. Masing-masing option merupakan kalimat-kalimat pernyataan (statement) yang mencerminkan kegiatan dari salah satu kelompok minat.
Subyek yang akan diberikan inventori disuruh memilih satu kegiatan yang paling disenangi dan satu kegiatan yang paling tidak disenangi diantara triad yang dikemukakan pada setiap item. Untuk pilihan yang paling disenangi supaya diisi tanda silang pada lingkaran sebelah kiri, dan untuk pilihan yang paling tidak disenangi supaya diisi tanda silang paad lingkaran sebelah kanan sesuai dengan nomor-nomor option pada masing-masing item.
Dalam penyusunan kunci penyekoran, prosedur yang ditempuh oleh Kuder berbeda dengan yang ditempuh oleh Strong. Kalau pada Strong kunci penyekoran tersebut didasarkan pada analisis empiris, maka prosedur penyusunan kunci penyekoran pada Kuder disusun secara rasional. Lubang-lubang kunci penyekoran tersebut dibuat atas dasar pemikiran sebagai berikut: option yang dipilih sebagai kegiatan yang paling disenangi diberi skor 2; option yang dipilih sebagai kegiatan ayng paling tidak disenangi diberi skor 0; sedangkan option yang tidak dipilih diberi skor 1.

“INDAHNYA MENJALIN HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEBAYA”


SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A.     Topik Bahasan                                                 : Hubungan dengan Teman Sebaya
B.     Judul Layanan                                       : Indahnya Menjalin Hubungan dengan
Teman Sebaya
C.     Bidang Bimbingan                                             : Bimbingan Pribadi
D.     Jenis layanan                                                     : Layanan informasi
E.      Fungsi layanan                                      : Pemahaman
F.      Kompetensi Dasar                                            : Memahami pentingnya menjalin
hubungan sosial dengan teman sebaya
G.     Tujuan Layanan                                                :
1.      Agar siswa mampu memahami pentingnya menjalin hubungan dengan teman sebaya
2.      Agar siswa mampu menempatkan diri sebagai pria maupun sebagai wanita
3.      Agar siswa mampu mengaktifkan diri dalam menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya
H.     Hasil yang ingin dicapai                                     : 
1.      siswa mampu memahami pentingnya menjalin hubungan dengan teman sebaya
2.      siswa mampu menempatkan diri sebagai pria maupun sebagai wanita
3.      siswa mampu mengaktifkan diri dalam menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya
I.        Sasaran Layanan                                              : Siswa kelas XI SMA N 11 Surakarta
J.       Metode Layanan                                              : Ceramah, Tanya jawab, dan diskusi
K.    Deskripsi Materi                                               :
1.      Pengertian hubungan sosial dengan teman sebaya
2.      Makna dari pentingnya hubungan sosial dengan teman sebaya
3.      Cara pengaktifan diri dalam menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya
L.      Uraian kegiatan                                    :
Ä     Pendahuluan
ü      Salam pembuka dan good rapport
ü      Absen kehadiran siswa, pengecekan keadaan siswa maupun keadaan fisik kelas
ü      Apersepsi : apakah siswa sudah memahami tentang makna indahnya menjalin hubungan dengan teman sebaya
Ä     Inti
ü      Guru memaparkan tentang pentingnya menjalin hubungan dengan teman sebaya
ü      Guru menjelaskan cara mengaktifkan diri dalam hubungan sosial dengan teman sebaya
ü      Tanya jawab/ diskusi mengenai materi yang sudah dijelaskan
ü      Siswa menonton potongan film “A Little Thing Called Love” dengan penjelasan dari guru tentang pentingnya menjalin hubungan dengan teman sebaya
Ä     Penutup
ü      Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan
ü      Guru memberi saran-saran dan mengutarakan harapan-harapan untuk siswa agar lebih baik untuk ke depannya
ü      Guru menutup pertemuan / salam penutup
M.   Tempat Penyelenggaraan                                  : Ruang kelas
N.    Waktu Penyelenggaraan                                    : November, Minggu pertama
O.    Semester                                                          : I
P.      Penyelenggara layanan                          : Guru BK
Q.    Pihak yang disertakan                           : Wali kelas
R.     Alat dan perlengkapan yang digunakan  : Laptop, LCD, buku panduan mengenai
materi layanan, kertas, pena, dan film mengenai pentingnya menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya
S.      Rencana penilaian dan tindak lanjut layanan       :                      
Ä     Penilaian jangka pendek                        : pemahaman materi layanan siswa
Ä     Penilaian segera                                    : mengamati siswa selama mengikuti kegiatan layanan dan Partisipasi siswa dalam memberikan pertanyaan tanggapan
Ä     Penilaian jangka panjang                       : bekerja sama dengan wali kelas untuk mengetahui perkembangan kepribadian siswa setelah mengikuti layanan

T.      Keterkaitan layanan ini dengan layanan/ kegiatan pendukung:
Ä     Sebagai titik tolak pelaksanaan layanan BK, selanjutnya sesuai dengan jenis layanan yang ada
Ä     Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam layanan konseling perorangan
U.     Catatan Khusus                                                : Siswa memiliki persepsi yang positif terhadap pentingnya menjalin hubungan dengan teman sebaya










 Materi layanan
INDAHNYA MENJALIN HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEBAYA
a.      Pengertian hubungan sosial dengan teman sebaya
Hubungan sosial adalah suatu kegiatan yang menghubungkan kepentingan antar individu, individu dengan kelompok, atau antar kelompok yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menciptakan rasa saling pengertian dan kerja sama yang cukup tnggi, keakraban, keramahan, serta menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. Jadi hubungan sosial dengan teman sebaya adalah suatu kegiatan yang menghubungkan kepentinagan antara individu dengan teman sebaya yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menciptakan rasa saling pengertian dan kerja sama yang cukup tinggi. Adanya persamaan kepentingan juga memicu terjadinya hubungan sosial dengan teman sebaya.
b.      Makna dari pentingnya hubungan sosial dengan teman sebaya
Menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1.      Melatih ketrampilan berkomunikasi
Dengan selalu berkomunikasi dengan teman sebaya maka lambat laun individu dapat mengembangkan ketrampilan berkomunikasinya.
2.      Sebagai motivasi ekstrinsik
Teman sebaya dapat menjadi motivasi ekstrinsik apabila individu selalu merasa bahwa dirinya merasa kurang (dalam arti positif) dan teman sebaya dapat menjadi semangat untuk bisa berbuat lebih maupun menjadi lebih baik seperti teman
3.      Menambah wawasan
Menjalin hubungan dengan teman sebaya dapat menembah wawasan karena dengan menjalin hubungan tersebut dapat untuk lebih saling mengenal, memahami, dan bertukar informasi.
4.      Melatih kerja sama dengan teman sebaya
Adanya persamaan tujuan membuat terciptanya kerja sama karena sama-sama ingin mencapai tujuan tertentu
5.      Melatih percaya diri
Dengan terbiasa berkomunikasi dengan teman sebaya, maka akan melatih percaya diri

c.       Cara pengaktifan diri dalam menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya
Cara agar individu dapat aktif dalam menjalin hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, antara lain:
1.      Mendahulukan diri untuk menyapa teman
Menyapa bukanlah sesuatu hal yang sulit untuk dilakukan, tetapi bukan juga sesuatu hal yang mudah dilakukan. Karena tidak sedikit orang yang enggan untuk menyapa dikarenakan beberapa sebab, antara lain malas dan malu. Menghilangkan malu dan malas menyapa merupakan langkah awal pengaktifan diri dalam menjalin hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. Kedua hal tersebut baiknya dihilangkan agar individu dapat aktif dalam menjalin hubungan dengn teman sebaya.
2.      Bertutur kata yang baik dan sopan, jangan sampai menyakiti hati atau perasaan teman
Adalah sangat penting dalam menjalin hubungan sosial apabila dapat saling menjaga hati atau perasaan lawan bicara, karena denagn demikian akan tercipta hubungan yang harmonis.
3.      Tidak segan meminta ataupun menawarkan bantuan terhadap teman. Ketika seseorang mengalami kesulitan, hendaknya tidak segan untuk meminta bantuan kepada teman karena teman akan merasa kita hargai. Sebaliknya seseorang juga hendaknya tidak segan untuk menawarkan bantuan kepada teman bila teman ada yang mengalami kesulitan.


EVALUASI:
Siswa bersama dengan Guru BK menyimpulkan tentang film yang berjudul “A Little Thing Called Love”. Film ini mengisahkan tentang seorang remaja yang pantang menyerah dalam mewujudkan keinginannya karena selalu ada teman-teman yang setia memberi dukungan dan semangat, sehingga disaat muncul perasaan sedih karena hambatan dalam mencapai keinginannya ada teman-teman yang selalu memberi dukungan dan akhirnya remaja tersebut berhasil mewujudkan keinginannya. Kita harus selalu mampu menjaga hati teman-teman kita, jangan sampai kita menyakiti perasaan mereka. Jika kita berbuat salah, hendaknya segera minta maaf. Dan sahabat yang baik akan selalu memaafkan kesalahan sahabatnya.